Samosir Saksi Bisu dari Sejarah Peninggalan Zaman Megalitikum di Tanah Batak
Indonesia
dikenal dengan banyaknya bukti peninggalan sejarah, salah satunya terdapat di
pulau samosir. Pulau samosir merupakan tempat
tinggal asli masyarakat Batak yang dikenal ramah dan mudah bergaul. Masyarakat Batak terkenal menyukai lagu-lagu
bertema cinta yang riang dan penuh perasaan.
Pulau Samosir tidak hanya terkenal karena keberadaannya yang mengapung
di tengah danau Toba dan juga berada di dalam Pulau Sumatera saja, akan tetapi Pulau
Samosir menyimpan beragam keindahan mulai dari pemandangan alam, kebudayaan
lokal, hingga peninggalan dan kisah sejarah yang menarik untuk ditelusuri.
Berkeliling Pulau Samosir, Anda akan menemukan beberapa desa yang sarat akan
objek wisata budaya dan sejarah yang mengundang decak kagum dan rasa penasaran.
Pulau Samosir
memiliki peninggalan zaman purbakala berupa kuburan batu dan desa tradisional, Bukti
nyata di pulau samosir ini terdapat Komplek
Pemakaman Batu Raja Sidabutar dan Kursi Persidangan Batu Kampung Raja Sialagan.
Komplek pemakaman batu raja sidabutar terletak di desa tomok, sedangkan kampung
persidangan batu raja sialagan terletak di desa ambarita, Secara administratif,
Desa Tomok dan Desa Ambarita termasuk ke dalam wilayah kecamatan Simanindo,
Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
Komplek
Pemakaman Batu Raja Sidabutar
Disinilah kita bisa melihat dari
dekat makam Raja Sidabutar, sang pengusasa di desa Tomok. Di Samosir dan warga
Batak, kisah tentang Raja Sidabutar sangatlah terkenal. Konon, Sidabutar adalah
raja yang sakti, Kesaktian itu berasal dari rambutnya yang panjang dan gimbal.
Jika rambutnya dipangkas maka bersamaan dengan itu kesaktiannya bakal hilang,
Raja Sidabutar juga dianggap merupakan orang pertama yang menginjakkan kaki di
Tomok. Semasa hidupnya, Raja Sidabutar telah mempersiapkan makamnya dengan
memanggil tukang pahat yang ada di Pulau Samosir. Pembuatan makam dimulai
dengan upacara khusus.
Jika makam-makam di tempat lain
hanya berhiaskan nisan, berbeda dengan makam Raja Sidabutar ini. Pada makamnya
terdapat ukiran yang memiliki arti khusus. Ukiran kepala yang besar
melambangkan Raja Sidabutar, sedangkan ukiran kepala yang ada di ujung satunya
dengan ukuran yang lebih kecil menunjukkan permaisuri, Boru Damanik. Sedangkan
ukiran lelaki yang berada di bawah kepala raja adalah Panglima Guru Saung Lang
Meraji.
Selain Raja Sidabutar, makam ini
juga menjadi tempat peristirahatan para keturunannya dan ajudan sang raja. Kompleks
makam tertata sangat rapi, Warna merah, hitam dan putih menjadi ornamen utama
yang mewarnai hampir seluruh bagian kompleks. Setiap orang atau wisatawan yang
hendak masuk kompleks harus mengenakan ulos. Caranya dengan menyilangkan di
salah satu pundak dan dijuntaikan ke bawah. Makam yang terpelihara dengan baik
ini dijaga oleh beberapa orang . Tidak ada salahnya untuk memberikan kontribusi
secara sukarela kepada pengelola setempat agar komplek pemakaman ini tetap
terpelihara dengan baik.
Kursi
Persidangan Batu Kampung Raja Sialagan
Kampung ini bernama Ambarita,
sebuah desa yang terkenal karena benda-benda peninggalan zaman megalitikum.
Sebagai kampung Batak kuno, Ambarita menyimpan cerita yang masih hidup sampai
sekarang, dengan terdapatnya peninggalan dari zaman megalitikum sebagai saksi
bisu dari sejarah yang mewarnai keberlangsungan kampung ini. Ketika memasuki
Ambarita, Anda akan disambut dengan sebuah pintu gerbang masuk, dari pintu
masuk ini, terdapat patung batu besar yang konon dipercaya menjadi penjaga dan
pengusir roh jahat yang akan masuk ke dalam kampung. Patung ini disebut
Pangulubalang. Huta atau kampung ini merupakan perkampungan yang dahulu kala
dibangun oleh keluarga marga Siallagan yang kemudian dikuasai dan dipimpin oleh
Raja Siallagan.
Di dalam huta ini, Anda akan
menemukan banyak situs sejarah yang tidak boleh luput dari bagian kunjungan di
kampung ini. Anda bisa melihat rumah adat tradisional Batak, Rumah-rumah adat
ini masih dijaga keotentikannya dan diperkirakan telah berumur ratusan tahun. Selain
peninggalan berupa adat Batak yang diwariskan secara turun-temurun, di huta ini
terdapat situs antropologi yang sarat akan cerita. Situs ini berupa kursi-kursi
batu yang digunakan sebagai tempat dilangsungkannya persidangan oleh para tetua
kampung pada masanya, untuk mengadili mereka yang bersalah. kursi dan meja
persidangan masyarakat zaman dulu yang terbuat dari batu alam berusia lebih
dari 200 tahun, Oleh karena itu, situs ini disebut atau dikenal dengan nama
situs Batu Persidangan. Situs ini merupakan bukti peninggalan sejarah
terdapatnya hukum Batak kuno di Huta Siallagan.
Di dekat Batu Persidangan tersebut
terletak sebuah batu yang dulu merupakan tempat pengeksekusian hukuman pancung
bagi terpidana mati. Di saat itu, diceritakan bahwa suku tersebut melakukan
praktik kanibalisme.
Terpidana mati yang sudah
dipancung kepalanya ini kemudian dikeluarkan hati dan jantungnya. Hati dan
jantung penjahat tersebut ditampung di sebuah cawan lalu dicincang untuk
kemudian dimakan bersama oleh para tetua dan semua yang hadir di sana. Darahnya
pun akan diminum bersama pada masa itu, masyarakat setempat masih menganut
kepercayaan asli Batak, yaitu Parmalim.
Pulau Samosir
diyakini sebagai daerah asal orang Batak. Pasalnya, di pulau ini tepatnya di
Pusuk Buhit Kecamatan Sianjur Mulamula merupakan asal orang Batak. Pusuk Buhit
merupakan perbukitan dengan ketinggian lebih dari 1.800 meter di atas permukaan
Danau Toba. Perbukitan ini dipercaya sebagai alam semesta atau “Mulajadi
Nabolon” (Tuhan Yang Maha Esa) menampakkan diri. Di kecamatan ini ada Desa
Sianjur Mulamula yang merupakan perkampungan pertama kelompok masyarakat Batak.
Pulau Samosir
menyimpan beragam keindahan mulai dari pemandangan alam, kebudayaan lokal,
hingga peninggalan dan kisah sejarah yang menarik untuk ditelusuri. Samosir
menyimpan peninggalan sejarah terutama tentang orang Batak yang menarik. Pemakaman
raja sidabutar dan batu persidangan sialagan
merupakan saksi bisu peninggalan sejarah pada zaman megalitikum di tanah
batak.
Pulau Samosir
tentunya sangat memiliki nilai penting untuk mengungkap sejarah dan nilai
budaya yang terkandung di dalamnya. Untuk mencapai hal tersebut, perlunya usaha
yang maksimal dan nyata dalam penanganan dan penanggulangan demi lestarinya
peninggalan tersebut, dan kalau ini dibiarkan maka perlahan-lahan seluruh
peninggalan sejarah yang ada di tanah batak akan hilang dan raib ditelan jaman.
1 komentar:
Menakjubkan . . . . . .ternyata keberadaan orang batak boleh dikatakan hampir satu era dengan patung moai di pulau Paskah, Tonga dan Samoa. Lanjutkan penelusuran dan penulisannya sampai titik 0 bangso batak ketemu. Sukses selalu & JBU, Amen.
Posting Komentar